2017, Kabupaten Bogor Jadi Hutan Beton


METROPOLIAN.ID | Mulai 2017, Kabupaten Bogor bakal dikepung hunian vertikal. Hal itu seiring banyaknya perizinan pembangunan apartemen di daerah tersebut. Sebab, pembangunan horizontal (mendatar, red) sudah mulai dikurangai karena melihat jumlah lahan yang mulai menipis. Kepala Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Satu Pintu (BPTPMSP) Kabupaten Bogor Yani Hasan mengatakan, saat ini terdapat beberapa perusahaan yang mengajukan izin pembangunan apartemen. Tepatnya ada sekitar 17 perusahaan yang sudah ajukan izin bangun apartemen. Dari 17 perusahaan, baru dua yang sudah lengkap perizinannya.

Yani menuturkan, rata-rata investasi pembangunan apar­temen mencapai Rp700 miliar hingga Rp900 miliar per tower atau tergantung banyaknya unit dan lahan peruntukkan apar­temen. Menurutnya, sebaran rencana pembangunan apar­temen berada di beberapa wilayah. Antara lain Cibinong, Wanaherang, Sentul, Bojong­gede, Dramaga, Gunungputri, Cilebut dan area pinggiran Tol Jagorawi.

Dari perizinan pembangunan apartemen tersebut, rata-rata telah diajukan pada tahun ini dan diperkirakan sebagian be­sar mulai dibangun pada tahun depan. Perusahaan yang belum ditandatangani perizinannya masih dalam proses pelengka­pan dokumen seperti izin Ana­lisis Menegenai Dampak Ling­kungan (Amdal), pembebasan lahan dan perizinan lainnya. “Tahun ini mungkin perizinan mereka lengkap sehingga pembangunan bisa diekse­kusi tahun depan,” ujar Yani kepada Metropolitan, kemarin.

Selain membeludaknya peng­ajuan izin pembangunan apar­temen, tahun ini BPTPMSP pun kebanjiran permohonan izin pengembangan rumah tapak. Totalnya mencapai 27 perizinan. Pemkab Bogor pun menurut­nya sangat membuka lebar pintu bagi kalangan investor yang berencana mengembang­kan properti di Kabupaten Bogor dengan ketentuan mengikuti aturan yang dite­tapkan.

Sementara itu, Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor Joko Pitoyo menjelaskan, instansinya tengah menyusun tata ruang wilayah yang diperuntukkan bagi area pembangunan hunian tapak dan vertikal. Sehingga nantinya, hunian tersebut mempunyai zona tersendiri. “Kalau ditata dengan baik nantinya akan menarik dan tak terpusat di satu titik saja,” paparnya.

Menurutnya, terdapat kawa­san yang sedang dalam pem­bahasan untuk distop. Terma­suk wilayah Cibinong yang dinilai sudah jenuh dengan tingkat populasi tinggi hingga mencapai 800 ribu jiwa. “Te­tapi untuk hunian vertikal kami terus membuka selebar-lebar­nya. Siapa saja investor yang ingin bangun di Cibinong atau di daerah lainnya silakan,” ka­tanya.



Post a Comment

Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif

Lebih baru Lebih lama