Telantar Seharian


METROPOLITAN.ID | Buntut aksi mogok massal yang dilakukan sejumlah sopir angkot ternyata berimbas langsung ke masyarakat, Senin (20/3). Seluruh warga telantar seharian, menunggu angkutan umum yang tak kunjung datang. Sebagian ada yang terpaksa berjalan kaki dan diturunkan paksa oleh sopir karena adanya aksi sweeping di sejumlah titik.

Mulai dari siswa, ibu rumah tangga dan para pekerja gigit jari menunggu berjam-jam. Di Jalan Raya Karadenan, Kelurahan Karadenan, Kecamatan Cibinong mereka terpaksa menyetop kendaraan terbuka sep­erti mobil bak hingga truk bermuatan besar.

“Iya teman yang lain ada yang  sampai naik mobil bak. Saya mah nunggu mobil Satpol PP saja,” kata pelajar SMP Tunas Bangsa, Adit Safian (13). “Iya teman yang lain ada yang

Beruntung ada mobil Satpol PP Kabupaten Bogor yang mau mengangkut pelajar un­tuk mengantar ke sekolah. Lelaki yang duduk di kelas 7 SMP Tunas Bangsa ini pun berpendapat, tak akan berseko­lah jika para sopir angkot tak beroperasional kembali. Kare­na, lokasi rumahnya menuju sekolah terlampau jauh dan di rumah pun minim kendaraan. “Kalau besok masih demo ng­gak sekolah,” ujarnya.

Namun, hal berbeda dis­ampaikan murid SMP Tunas Bangsa lainnya, Niko Afif An­drianto (13). Menurut pelajar kelas 7 itu, jika sopir angkot tetap melakukan aksi mogok massal, ia akan meminta sang nenek untuk mengantarkannya sekolah. “Paling minta antar nenek besok. Kalau sama orang tua paling bisa paginya saja, karena kan kerja juga. Kalau bisa sih jangan mogok lagi,” kata bocah yang tinggal di Jalan Karadenan, tepatnya di dekat SMKN 1 Cibinong.

Sementara itu, hasil pantauan Metropolitan hingga pukul 17:00 WIB, di Jalan Karadenan, tidak terlihat aktivitas kenda­raan dari angkutan umum hingga angkutan online. Pen­umpukan penumpang pun tak bisa terelakan di sepanjang jalur tersebut.

Tak hanya itu, hingga pukul 21:40 WIB, sejumlah pekerja juga masih kebingungan men­cari angkutan umum di sepan­jang Jalan Raya Bogor-Jakarta. Bahkan, ada warga yang ditu­runkan di tengah jalan karena angkutan mogok beroperasi. Warga Bogor Barat Deden (35) sampai harus izin pulang lebih awal untuk menjemput istrinya.

“Istri tadi telepon katanya dia diturunin di Simpang Citeureup. Istri saya hamil, jadi mau nggak mau saya izin kantor untuk jemput,” katanya, saat ditemui di Jalan Raya Bogor-Jakarta.

Hal serupa dirasakan pekerja garmen di Sukaraja, Ningsih. Ia mengaku dipaksa turun oleh sopir saat berada di tengah jalan. “Tadi naik angkot 08 (Citeureup-Pasar Anyar) lalu di-stop sama para sopir yang mogok dan kita disuruh tu­run,” ungkapnya.

Setidaknya ada tujuh titik aksi mogok dan penyetopan angkot di wilayah Bogor yakni Bubulak, Underpass Solis, Jalan Raya Bogor-Jakar­ta, Keradenan, Abdullah bin Nuh, Padjajaran dan Simpang Otista. (rez/c/feb/dit)


Post a Comment

Mohon berkomentar yang tidak menyinggung SARA. Mari bangun komentar yang konstruktif

Lebih baru Lebih lama